Ini SMK Negeri di Indonesia Tanpa Guru PNS

Kasek: Kami Berharap ada Perhatian Serius dari Pemerintah

KEPTONNEWS.COM- SMKN 2 Buton Tengah, di Provinsi Sulawesi Tenggara, mungkin adalah satu satunya sekolah negeri yang tak memiliki guru yang bersatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekolah tersebut menampung 100 siswa dengan dua jurusan, yakni Teknik Jaringan Komputer (TKJ) dan Tata Busana.

Gedung Musholah yang didanai guru honorer SMKN 2 Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara. FOTO;ISTIMEWA

Usia SKMN 2 Buton Tengah ini sudah lima tahun. Berdiri sejak tahun 2016 dan sudah menamatkan siswa sebanyak dua kali pada jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ), kecuali jurusan Tata Busana belum ada alumninya, jurusan tata busana baru sebatas kelas dua.

Bangunannya berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 1,5 hekatare di desa Kaencebungi, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah. Jarak SMKN 2 Buton Tengah dengan ibukota kecamatan sekira 20 kilometer, atau 73 kilometer dari ibukota kabupaten.

Dengan kondisi sekolah seperti itu, mestinya SMKN 2 Buton Tengah masuk katgori sekolah terpencil. Tetapi faktanya, sekolah tersebut tidak termasuk sekolah di daerah terpencil.

“Karena berada di darah paling ujung, signal jaringan telepon seluler pun nyaris tak terjangkau. “Signal telepon seluler ada, tetapi kadang hilang dan putus putus,” kata Kepala SMKN 2 Buton Tengah, Muchlis, SPd MPd, kepada wartawan keptonnews.com.

Dibandingkan dengan SMKN lainnya, maka SMKN 2 Buton Tengah masih jauh tertinggal dalam segala hal. Mulai dari bangunan gedung, tenaga pengajar dan fasilitas pendukung lainnya.

Ruang perpustakaan disekat jadi ruang kelas

Keseluruhan gurunya, sebanyak 14 orang, tak satupun yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dari jumlah itu, hanya dua orang saja yang bermukim di desa terdekat dengan sekolah. 12 lainnya berdomisili di ibukota kecamatan.

SMKN 2 Buton Tengah juga masih kekurangan ruangan belajar. Bahkan belum memiliki kantor dewan guru. Ruang dewan guru yang ditempati sekarang adalah runag laboratorium. Karena keterbatasan gedung, ruangan perpustakaan pun disulap berfungsi ganda, disekat menjadi ruang kelas.

Fasilitas penunjang lainnya, juga relatif terbatas, bahkan sangat kekurangan. Para siswa jurusan TKJ hanya disiapkan enam unit komputer. Praktis para siswa selalu antri memanfaatkan komputer saat menerima pelajaran. Komputernya pun sudah hasil modifikasi karena sudah berulang kali masuk service.

Demikian pula untuk jurusan tata busana, siswanya hanya bisa belajar memanfaatkan mesin jahit tempo dulu, yang serba manual. Mereka tak belajar bagaimana menggunakan mesin jahit listrik atau mesin obras yang sedikit canggih.

Anehnya lagi, guru honorer untuk jurusan tata busana belum ada yang sesuai. Latarbelakang pendidikannya tak satupun dari jurusan tata busana. “Ada dari sarjana kebidanan, sarjana ekonomi, tapi pernah kursus tata busana, keculai jurusan TKJ, gurunya adalah sarjana komputer dan jaringan,” kata Kepala SMKN 2 Buton Tengah, Muchlis Hasyim.

Mesin Jahit manual yang dimanfaatkan siswa jurusan tata busana menjalai praktek.

Menurutnya, Pemerintah pusat dan provinsi sudah mengetahui kondisi sekolah tersebut. “Pemerintah sudah tau, karena ada informasi yang disediakan melalui data Dapodik,” ujarnya.

Meski begitu, Muchlis mengatakan, pihak sekolah tetap berupaya maksimal agar pemerintah secepatnya membantu memikirkan dan memenuhi apa yang menjadi kekurangan di sekolahnya.

Sebagai kepala sekolah baru, Muchlis juga merasakan betapa banyak kekurangan yang melekat dan dihadapi sekolah. Hal paling mendasar yang dirasakan adalah minimnya tenaga pengajar profesional.

“Inilah yang menurut saya paling penting, sebab sekolah sebagai lembaga pendidikan harus bisa mencetak alumni yang handal dan siap pakai sesuai jurusan masing masing. Bagaimana mungkin kita bisa melahirkan generasi bangsa yang ahli dan menguasai ilmu kejuruan, kalau tenaga pengajarnya saja tidak memadai,” katanya.

Muchlis juga mengakui kalau guru di sekolah yang dipimpinnya itu tak ada PNS, semuanya adalah tenaga honorer. “Kita mau bagaimana, karena kondisinya memaang seperti itu, dan sudah berlangsung lama sebelum saya bertugas disana,” katanya.

Untuk mengatasi masalah kekurangan yang dihadapi sekolah, Muchlis menyatakan, pihaknya sudah menyampaikan kepada pemerintah provinsi. Dia berharap pemerintah dapat membantu memikirkan ketersediaan guru yang sesuai dengan jurusan yang ada, terutama guru PNS untuk jurusan busana dan jurusan TKJ melalui pengangkatan pegawai P3K.

Disamping itu, belum memiliki kantor dewan guru, dan sarana pendukung lainnya. SMKN 2 Buton Tengah juga belum mempunyai pagar.  Gedung musholah yang sementara dibangun merupakan swadaya para guru honorer. Mereka setiap bulannya patungan mengumpul uang Rp. 100 ribu untuk mendanai pembangunan gedung tersebut. (adm)

You might also like More from author

Comments are closed.