Kembangkan Produk Perikanan Wakatobi, Pemerintahan Haliana Siapkan 3.000 Belur Udang Vaname
WAKATOBI -Pemerintah Wakatobi terus memutar otak untuk mengembangkan produk-produk perikanan di Wakatobi. Diantaranya dengan menempuh terobosan budidaya udang vaname pake teknologi bioflok.
Inovasi budidaya udang vaname bioflok ini diadopsi dari SP Comunity Bombana. Pilot proyek tersebut akhirnya dilaunching Bupati Wakatobi, H. Haliana di Desa Numana Kecamtana Wangi-wangi Selatan, Senin (6/12) malam.

Dalam peluncuran perdana budidaya udang vaname bioflok tersebut dilakukan dengan penaburan 3 ribu belur yang didatangkan dari Mustika Benur Kupa (MBK) Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Produk udang vaname di Wakatobi ini sangat langkah. Makanya kita dorong budidaya udang vaname sistem bioflok untuk pengembangan salah satu produk perikanan kita di Wakatobi,” terang Haliana dalam sambutannya.
Haliana mengungkapkan, budidaya udang vaname merupakan salah satu budidaya yang berpotensi untuk di kembangkan di Wakatobi. Udang vaname salah satu spesies udang yang bernilai ekonomis tinggi.
Sehingga perlu didorong jadi salah satu produk perikanan yang bisa menghasilkan devisa untuk daerah. “Udang vaname memiliki peluang pasar dan potensi untuk terus dikembangkan,” ujarnya.
Haliana memaparkan, permintaan pasar nasional produk udang vaname sangat tinggi. Di tahun 2022 mendatang lanjut dia, pemerintah pusat menargetkan ekspor produksi udang vaname keluar negeri sebanyak 20 juta ton.
Sementara produksi nasional baru mampu memproduksi 6 sampai 7 juta ton saja. “Dengan potensi ini Wakatobi dapat menanggapi permintaan pasar lokal dan diharapkan mampu sampai permintaan dunia,” paparnya.

Haliana melanjutkan, jika membandingkan budidaya bioflok dengan budidaya tradisi yang pernah ada, perbandingan luas lahan yang gunakan pun mencapai satu banding 80. “Ini luar biasa. Satu hektar sama dengan 80 hektar udang tradisi produksi serta daya tampungnya.
Produk udang vaname sambung Haliana, komiditas perikanan Wakatobi yang langkah, kita tidak pernah melakukan budidaya secara massal bahkan juga tidak pernah ditangkap secara massal di laut lepas.
“Ini kita lakukan agar budidaya yang lain di daerah bisa kita tingkatkan. Di Wakatobi kita melihat ada budidaya kerapu, lobster ada, termasuk rumput laut. Maka tentu dengan momentum launching ini memperkaya keberagaman jenis komoditas perikanan yang kita kembangkan di Wakatobi,” terangnya.
Haliana meminta kerjasama semua pihak. Jika budidaya udang vaname bioflok tersebut berhasil, ia pastikan 2022 mendatang, komiditas ini akan menjadi salah satu lapangan pekerjaan baru masyarakat Wakatobi.
Pemerintah Wakatobi akan mendorong budidaya bioflok ini untuk dikembangkan ke wilayah Wakatobi lainnya. khususnya pada daerah-daerah yang punya wilayah pesisir terbuka (tidak tertutup pepohonan yang bisa menghambat pertumbuhan udang Vaname). Udang Vaname harus terkena langsung oleh sinar matahari.
Budidaya udang vaname berbasis teknologi dan tenaga listrik. Inilah yang mendorong Pemerintah Wakatobi ingin memberikan pelayanan listrik 24 jam untuk Pulau Kaledupa dan Binongko pada 2022 mendatang.
Listrik selain menunjang sektor kepariwisataan daerah, listrik juga akan menggeliatkan usaha perikanan dan kelautan masyarakat Wakatobi.
Peluncuran budidaya udang vaname bioflok ini merupakan pengembangan dari “program pangan” Dibawah Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Wakatobi. Pengembangan pangan lokal guna menjamin ketersediaan pangan lokal.
Pengembangan pangan lokal tersebut dengan manfaatkan potensi sektor pertanian empat pulau di Wakatobi, yakni Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.
Pelaksana tugas (Plt) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Wakatobi, Mulyanto menambahkan, pilot proyek ini guna meningkatkan adaptasi dan produktivitas udang vaname sebelum dilakukan secara massal. Kegiatan ini dibiayai oleh APBD Wakatobi 2021.
Untuk budidaya awal ini pemerintah Wakatobi menyiapkan 3 ribu belur udang vaname. Sementara kolam tambak bioflok yang dibangun berbah.
Panen Parsial di Waktu 60 Hari

Secara tekhnis, Direktur SP Comunity Bombana, Supriyansah mengungkapkan,
sistem budidaya udang vaname bioflok sebenarnya tidak rumit. Para pembudidaya tinggal memperhatikan pola makan, pemberian pakan harus tepat waktu.
Udang vaname diberi makan lima kali sehari. “Udang vaname sifatnya aktif karena dia goyang terus. Kalau kita umpamakan pada ayam, udang vaname ini seperti ayam potong, dia kerjanya makan terus,” terangnya ketika ditemui awak media.
Begitu pula dengan takaran pakannya harus diukur. Sebab jika diberikan berlebihan kata Supriyansah, makka itu juga tidak baik untuk udang vaname. “Jadi kita harus tau berapa banyak udang dalam kolam, supaya kita bisa bandingkan satu banding satu,” sambungnya.
Supriyansah memaparkan, budidaya udang vaname bioflok akan dipanen parsial dalam waktu 60 hari (2 bulan).
“Parsial ini pengambilan sebagian, misalkan sekitar 500 kilo, kita ambil 100 kilo,” rincinya. (adv)
Comments are closed.