Memabangun Mitra Peluang Bisnis Untuk Komoditi Rumput Laut di Wakatobi

WAKATOBI -Untuk membuka akses pemasaran dengan harga yang menjanjikan kepada para petani budidaya rumput laut di Wakatobi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) terus menempuh langkah nyata. Diantaranya, dengan menjajal diskusi kerjasama lintas sektor antar pemerintah, NGO serta stakeholder.

Berlangsung di aula Vila Nadila pada Sabtu (27/11), pertemuan kemitraan ini dihadiri langsung oleh Direktur Logistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Innes Rahmania serta perwakilan Bea Cukai Sultra. Ada pula Asosiasi Rumput Laut Indonesia, pihak PT. Rahanat Bahari Baubau, sejumlah pelaku usaha dan kelompok-kelompok petani rumput budidaya rumput laut lokal.

Bupati Wakatobi, Haliana memaparkan ,
akses pemasaran harga komoditi salah satu masalah urgen yang kini masih dikeluhkan para petani budidaya rumput laut di Wakatobi. Petani belum bisa mengakses harga yang menjanjikan, selama ini mereka masih diperhadapkan dengan nilai harga komoditi yang belum stabil atau fluktuasi.

“Kendala-kendala yang dihadapi petani rumput laut kami di Wakatobi sebenarnya cukup kompleks. Ketersediaan bibit masih dikeluhkan para petani rumput laut. Para petani di Wakatobi kebanyakan masih membeli bibit dari daerah Buton Selatan dan Buton Utara. Bahkan ada juga yang membeli dari daerah Pulau Taliabu, dengan resiko bibit rumput laut mereka beli kadang-kadang rusak dalam perjalanan,” beber Haliana dalam sambutannya.

Politisi PDI-Perjuangan itu mengungkapkan bahwa varian rumput laut yang masih dibudidayakan pada tingkat petani di Wakatobi yakni jenis cottonii dan jenis rumput laut batu. Budidaya yang mendominasi jenis rumput laut batu.

“Dulu varitas budidaya yang mendominasi ditingkat petani Wakatobi adalah jenis cottonni, namun seiring waktu petani yang membudidaya jenis ini mulai berkurang. Saya tidak tau faktor apa penyebanya, apakah nilai nutrisi laut kami yang tidak cocok dengan cottonii, ataukah ada alasan lain. Belum ada hasil penelitian tentang ini,” bebernya.

“Meski waktu dan proses pekerjaan, biaya hampir sama, namun jenis rumput laut cottonii ini punya perbandingan harga satu banding tiga dibanding dengan jenis rumput laut batu,” sambungan.

Menanggapi kompleksitas keluhan petani kata Haliana, Pemkab Wakatobi tidak bisa bekerja sendiri. Lewat diskusi ini diharapkan terjalin kerjasama kemitraan yang baik antara pengusaha, khususnya AKKP selalu mitra universitas dan Kementerian Kelautan RI.

“Pemerintah daerah sudah memprogramkan laboratorium rumput laut. Diharapkan sebagai pusat penelitian, laboratorium juga dijadikan sebagai tempat pembibitan ,” tukasnya.

Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Wakatobi, Muliono menambahkan, lewat pertemuan forum diskusi ini diharapkan melahirkan output berupa adanya peluang dan bisnis adanya keberlanjutan market rumput laut di daerah. Khususnya adanya kepastian harga untuk menjamin harga rumput laut di Wakatobi.

“Kemudian membangun transparansi industri dengan produsen rumput laut di Wakatobi. Tersedianya ropmet keberlanjutan budidaya rumput laut di Wakatobi yang tersusun dalam rencana aksi serta adanya integrasi program dan peran dari pemerintah, swasta, asosiasi dan NGO dalam Keberlanjutan rumput laut di Wakatobi,” tukasnya. (yus)

You might also like More from author

Comments are closed.