Pemkot Genjot Infrastruktur Air Bersih sebagai Dukungan Pengentasan Stunting

Baubau- Pemerintah Kota Baubau dibawah kepemimpinan Muh Rasman Manafi sebagai Pj Wali Kota terus menggencarkan langkah-langkah pencegahan dan penurunan angka stunting (gagal tumbuh).

Salah satunya melalui pembangunan infrastruktur sambungan rumah (SR) gratis untuk memastikan ketersediaan air bersih.

Penyebab stunting bukan hanya satu faktor, melainkan multifaktor. Mulai dari praktik pengasuhan yang kurang baik, kurangnya akses ke bahan pangan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan, hingga kurangnya akses air bersih dan sanitasi.

Menurut riset Kementerian Kesehatan, air bersih dan sanitasi mempunyai kontribusi sebanyak 60 persen dalam upaya penurunan angka stunting pada anak. Atas dasar ini, selain menggenjot dari sisi perbaikan gizi pada ibu hamil dan balita, juga menggeber berbagai program untuk mempermudah akses air bersih bagi masyarakat.

Nah tahun ini, Pemerintah Kota Baubau kembali mendapat alokasi tambahan 470 Sambungan Rumah (SR) air minum gratis bagi masyarakat, jumlah yang signifikan dibandingkan 150 SR pada tahun 2023.

Penambahan ini diharapkan menjadi langkah efektif dalam mengatasi krisis air bersih sekaligus mengurangi risiko stunting di Kota Baubau.

Kepala Dinas PUPR Baubau, Abdul Karim mengungkapkan bahwa peningkatan alokasi SR ini didanai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementerian PUPR dan saat ini pengerjaannya tengah berjalan.

“SR ini diperuntukkan bagi masyarakat di tiga kelurahan, yaitu Wangkanapi, Lipu, dan Sulaa,” ujar Abdul Karim.

Pemkot Baubau memastikan setiap SR dapat menjangkau rumah tangga yang benar-benar membutuhkan air bersih.

“Kami melakukan identifikasi bersama lurah setempat dan pihak pengembang perumahan di wilayah sasaran untuk memastikan keakuratan penerima manfaat,” tambahnya.

Dinas PUPR telah merancang sistem jaringan perpipaan untuk setiap kelurahan sesuai sumber daya air yang tersedia. Air untuk Kelurahan Wangkanapi diambil dari mata air Kali Bungi, sementara air bagi Kelurahan Lipu dan Sulaa bersumber dari Kali Baubau, tepatnya di kawasan Ouwe Balanga.

Dengan tambahan sambungan air bersih ini, Pemkot Baubau berharap akses air bersih semakin merata di masyarakat. Ini sejalan dengan riset yang menunjukkan bahwa ketersediaan air bersih berkontribusi besar dalam upaya pencegahan stunting.

Selain melalui layanan PDAM, warga juga dapat memanfaatkan sumur bor sebagai alternatif sumber air bersih.

Langkah Pemkot ini diharapkan mampu menurunkan angka stunting secara berkelanjutan di Kota Baubau, meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup warga kota.

PDAM Baubau Apresiasi Penambahan 470 Sambungan Air Bersih dalam Upaya Penanggulangan Stunting

Penambahan 470 Sambungan Rumah (SR) air bersih di Kota Baubau tahun ini mendapat apresiasi positif dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Baubau.

Penambahan ini diharapkan mempercepat upaya penanggulangan stunting melalui peningkatan akses air bersih di sejumlah wilayah.

Direktur Utama PDAM Baubau, Ruslan RZ, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen meningkatkan kualitas layanan air bersih, terutama di wilayah yang selama ini belum optimal menerima pasokan sesuai jadwal.

“Sebagai operator air bersih pemerintah, kami mendukung penuh program ini, terutama bagi wilayah pesisir seperti Wangkanapi, Lipu, dan Sulaa,” ujarnya.

Sistem distribusi air di ketiga kelurahan tersebut didesain menggunakan sistem gravitasi, yang memungkinkan suplai air mencapai daerah pesisir di bagian bawah kota dengan lebih efisien.

“Distribusi air menggunakan gravitasi ini sangat mendukung untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di wilayah pesisir secara optimal,” tambah Ruslan.

Untuk menjamin kualitas air yang diterima warga, PDAM Baubau melakukan uji kelayakan rutin pada sumber airnya.

“Beberapa minggu lalu kami telah mengambil sampel dari empat titik sumber air untuk diuji di tingkat provinsi, memastikan air yang disalurkan layak dan sehat, sejalan dengan upaya penanganan stunting,” ungkap Ruslan.

Dengan adanya tambahan SR ini, diharapkan akses air bersih semakin merata, membantu meningkatkan kesehatan masyarakat serta memperkuat program penurunan stunting di Kota Baubau.

Untuk diketahui, masalah stunting di Indonesia, terbilang sebagai masalah serius. Begitu seriusnya masalah stunting, semua lini dikerahkan untuk melakukan pengentasan.

Bagaimana tidak, selain malnutrisi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk ternyata juga   menjadi penyebab  tingginya angka stunting di Indonesia.

Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen, sementara yang dikarenakan gizi buruk “hanya” 40 persen. Tak heran, kalau akses air bersih masuk sebagai salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) dengan target tahun 2030.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia untuk memenuhi standar kehidupan secara sehat.  Karena itulah, Rencana Pembangunan Jarak Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan target akses sanitasi dan air bersih yang berkelanjutan.

RPJMN ini memiliki target 100 persen akses air minum layak dan menyediakan akses air minum perpipaan dengan membangun 10 juta pipa sambungan rumah tangga.

Mengapa akses air bersih menjadi penting? Air bersih tidak dapat diabaikan karena digunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari, mulai dari mandi dan cuci kakus (MCK), hingga air bersih untuk dikonsumsi.

Menurut Ignasius Dwi Atmaja Sutapa, Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Apce-UNESCO), ketiadaan akses air bersih ibarat anak mendapat asupan makanan bergizi dengan peralatan makan yang kotor, sehingga tidak ada penyerapan gizi di pencernaan.

Mengapa air bersih dan sanitasi menjadi faktor esensial dalam pencegahan stunting?  Hubungan antara konsumsi air kotor dengan stunting terletak pada banyaknya mikroorganisme (seperti patogen dan bakteriE.coli) pada air kotor yang bila dikonsumsi dapat mengganggu sistem di tubuh manusia. (adv)

You might also like More from author

Comments are closed.