UMKM Kota Baubau Berpotensi Besar, Dorong Pariwisata Jadi Pilar Ekonomi Daerah
Baubau- Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Baubau kian menunjukkan peran vitalnya dalam menopang perekonomian lokal, terutama dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penciptaan lapangan kerja.
Pj Wali Kota Baubau, Dr. H. Muh Rasman Manafi, menyatakan komitmennya untuk terus mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Baubau.
Menurut Rasman, UMKM merupakan salah satu pilar utama perekonomian daerah yang berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dengan adanya dukungan sektor pariwisata yang sedang berkembang di kota tersebut.
Rasman mengungkapkan bahwa pihaknya akan mendorong berbagai bentuk kolaborasi, baik dengan pemerintah pusat, swasta, maupun masyarakat, untuk memastikan UMKM di Baubau dapat terus tumbuh dan berkembang.
“Kolaborasi adalah kunci agar UMKM di Baubau dapat memiliki daya saing, terutama di tengah iklim ekonomi yang terus berubah. Dengan berkembangnya sektor pariwisata, UMKM memiliki kesempatan lebih besar untuk memperluas pasar dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” ujar Rasman.
Ia menambahkan bahwa pemerintah akan memperhatikan kebutuhan para pelaku UMKM, seperti akses permodalan, pelatihan, hingga pemanfaatan teknologi digital.
“Kami ingin UMKM di Baubau tidak hanya bergeliat, tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja dan menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat lokal,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Baubau, Aliman, menyatakan bahwa per 2023, UMKM telah menyumbang sekitar 37 persen atau setara Rp4,2 triliun terhadap PDRB Baubau.
“UMKM adalah ujung tombak perekonomian daerah. Dengan kontribusi sebesar itu, potensi UMKM di Baubau sangat besar, sehingga menjadi kunci dalam keberlanjutan perekonomian kota,” ujar Aliman.
Ia menambahkan, UMKM di Baubau telah menciptakan sekitar 92 persen lapangan kerja pada tahun 2016. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, jumlah wirausaha di kota ini mencapai lebih dari 29 ribu, mencakup wirausaha pemula dan mapan.
“Sekitar 25 persen dari populasi Baubau terlibat di sektor UMKM, ini adalah kekuatan ekonomi yang besar,” jelas Aliman.
Salah satu faktor pendukung utama UMKM Baubau adalah posisinya sebagai kota jasa dan perdagangan yang telah dikenal sejak zaman Kesultanan.
“Sejarah Baubau sebagai hub maritim di Sulawesi berperan besar dalam membentuk karakter ekonomi kota yang berbasis pada perdagangan dan jasa,” tambahnya.
Upaya pengembangan UMKM di Baubau dilakukan melalui pelatihan dan berbagai bantuan kepada pelaku usaha.
Namun, Aliman menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar program pengembangan UMKM lebih efektif.
“Membangun UMKM tidak bisa dilakukan oleh satu dinas saja. Harus ada dukungan dari sektor lain seperti infrastruktur dan sarana pendukung,” paparnya.
Pariwisata disebut sebagai sektor yang sangat potensial untuk bersinergi dengan UMKM.
Aliman mencontohkan daerah-daerah seperti Bali dan Banyuwangi yang menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata berbanding lurus dengan perkembangan UMKM.
“Ketika pariwisata berkembang, otomatis UMKM ikut berkembang,” pungkasnya.
Dengan peran UMKM yang terus meningkat, Pemerintah Kota Baubau di bawah kepemimpinan Pj Walikota Muh Rasman Manafi telah menempatkan Baubau sebagai pusat maritim yang diharapkan dapat semakin memperkuat perekonomian lokal melalui sinergi antara UMKM dan pariwisata.
Pesta Adat Bubusiana Liwu: Tradisi dan Peluang Ekonomi Kreatif di Baubau
Masyarakat Kelurahan Kaisabu Baru, Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau, kembali merayakan pesta adat tahunan Bubusiana Liwu sebagai bentuk tradisi menyambut musim tanam.
Acara ini yang digelar di Baruga Kelurahan Kaisabu pada Sabtu (2/11/2024), dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Kota Baubau, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan warga setempat dengan balutan pakaian adat khas.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Baubau, Idrus Taufiq Saidi, yang hadir mewakili Pj Wali Kota Baubau, mengapresiasi masyarakat yang terus melestarikan tradisi ini.
“Setiap tahun saya hadir di acara ini, dan inilah yang menjadi kebanggaan serta kekayaan budaya kita. Dari 43 kelurahan di Baubau, baru sebagian yang secara konsisten menggelar ritual tahunan seperti ini,” ungkapnya.
Idrus menegaskan bahwa ritual seperti Bubusiana Liwu bukan hanya simbol budaya, tetapi juga potensi besar dalam sektor pariwisata. Ia mendorong agar tradisi ini dapat dikembangkan secara kreatif sehingga turut menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Ritual adat ini bisa dibarengi dengan program kegiatan kreatif yang menghasilkan keuntungan ekonomi atau yang kita kenal sebagai ekonomi kreatif,” ujarnya.
Lebih lanjut, Idrus menyarankan agar prosesi adat ini didokumentasikan dalam bentuk video menarik yang dapat dipublikasikan di media sosial, seperti TikTok atau YouTube, guna menarik minat wisatawan.
“Bukan sekadar menanam jagung, tetapi dibuat video edukatif yang menceritakan nilai-nilai di balik ritual ini. Dengan memanfaatkan teknologi media sosial, cerita dari acara ini bisa dikenal lebih luas,” tambahnya.
Pesta adat Bubusiana Liwu di Kaisabu memiliki rangkaian prosesi yang diawali dengan kegiatan ganda, rambina ganda, dan pembuatan ngkari-kari.
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan pemotongan ayam, pengisian ngkari-kari, ziarah kubur, dan berbagai acara hiburan seperti tarian mangaru dan pertunjukan silat.
Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh tokoh agama setempat bersama tokoh adat dan seluruh masyarakat Kaisabu.
Pesta adat ini tidak hanya menguatkan identitas budaya, tetapi juga berpotensi menjadi daya tarik wisata yang mendukung ekonomi masyarakat melalui pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal. (adv)
Comments are closed.